Sekilas Kitab Nadhom Imriethie (imrity)
Kitab “Nadhom Al-Imriethie” ini merupakan matan Kitab Jurumiyyah ; kitab ilmu nahwu yang digubah menjadi bentuk nadhom / natsar / sya’ir. Pengarangnya Al-Muallamah Syeikh Syarafuddien Yahyaa Al-Imrithi Rohimahulloh. Di kalangan santri, kitab ini menjadi salah satu sorogan favorit fan ilmu alat lanjutan. Umumnya diberikan setelah tahapan kitab jurumiyyah dapat terhapal dan terpahami dengan baik. Dengan cara penyampaian nadhom seperti ini, para pembelajar lebih terbantu ingatannya atas hapalan yang sangat muskil sekalipun. Isi nadhom Imrithie antara lain terdiri dari bait-bait : Muqoddimah, Bab Kalam, Bab I’rob, Bab Alamat I’rob, Bab Alamat Nashob, Bab Alamat Khofad, Bab Alamat Jazm, dst… – Lengkap mengenai prinsip-prinsip dasar Ilmu Nahwu – (Terjemahan lengkap seluruh nadhom ini , di pasaran telah banyak tersedia).
Selain Gubahan Nadhom Imrithie untuk Ilmu Nahwu, ada juga Nadhom untuk Ilmu Sharaf (Nadhom Al-Maqshuud, Syeikh Ahmad Abdurrohiem Rohimahulloh), Nadhom ‘Iddatul Faridh untuk Ilmu Faroo-idh, Nadhom Al-Khulashah untuk Alfiyah, dll.
Nadhom, natsar, atau syair untuk hal ini merupakan bentuk-bentuk Jariyah ulama adiluhung Islam yang selama ini menjadi bagian dari upaya pembelajaran ilmu-ilmu keislaman sebagai sastra. Menjadi seni keindahan bertutur bahasa atau tulisan. Di beberapa kalangan Pesantren Salafiyah di Jawa Barat, banyak para ‘ajengan’ setempat yang menggubah pengajaran Ilmu Fiqih, Tauhid, Akhlaq/Tasawwuf, dll. sebagai nadhoman, natsar atau syairnya kedalam Bhs. Sunda. Bahkan tidak sedikit yang menambahkan aransemen Ilmu Arudl (Ilmu Tata Suara, Not Musik). Pembawaan Kitab Al-Barzanji yang sangat tinggi nilai saststranya itu misalnya, kerap diiringi ‘terbangan’ (Madaarijus-su’ud). Dan harus diakui, Islam terbukti dapat melebarkan sayap dan menyentuh penganutnya di seantero jagad, antara lain berkat faktor ini. Hal ini tiada lain sebagai Ibroh dari Al-Qur’anul-Adhiem yang mempunyai nilai seni tutur bahasa Yang Sangat Agung, yang tidak akan terkalahkan seni dan keindahan sastranya itu. Bukankah Kita dianjurkan harus senantiasa membaca al-qur’an yang suci ini dengan tartil. Minimal dengan langgam salah satu ketentuan ‘qiro’ah sab’ah’, dst..
Terimakasih infonya Gan 👍🏻
BalasHapus